Kamis, 12 Juni 2008

Mengenal Santo Andreas Kim Tae Gon


Santo Andreas Kim Tae Gon dilahirkan 21 Agustus 1821, di Solmoe, kabupaten Tangjin Gun. Ayahnya bernama Kim Je Jun dan ibunya Ursula Ko. Tahun 1828, keluarga ini pindah Kolbaemasil Namkokri, daerah Yongin Gun, propinsi Kyungki. Alasannya, keluarga ini jatuh miskin.Pada tahun 1836, Pastor Maubant memutuskan untuk mengirim 3 orang pemuda Korea ke Makau untuk belajar tentang peradaban Barat dan Katolik. Satu diantara pemuda itu adalah Kim Tae Gon. Dua lainnya adalah Choi Yang Up dan Choi Bang Je. Selama belajar di Makau, ketiga pemuda ini sempat juga menimba ilmu di Filipina. Tahun 1838 Choi Bang Je meninggal dunia. Kim Tae Gon mempelajari tentang teologi, filsafat dan ilmu pengetahuan Barat. Kim Tae Gon fasih berbicara bahasa Inggris, Perancis, Spanyol dan China. Selesai dengan studinya. Kim ingin kembali ke negeri asalnya Korea. Namun itu bukan hal mudah. Beberapa kali ia mencoba menyeberangi perbatasan Cina – Korea, tapi gagal.Tak kehilangan akal, Kim ke Mongolia dengan harapan dapat bertemu dengan utusan Korea yang datang ke Beijing. Akhirnya ia berhasil bertemu dengan seorang Katolik Korea. Dari situ ia mendengar bahwa semua pastor dan orang-orang Katolik di bunuh, Dia juga mendapat kabar bahwa ayahnya juga dibunuh karena mengirim dia ke Makau, dan ibunya Ursula Ko kini menjadi pengemis. Beberapa penyiksaan memang sudah berakhir, tetapi orang-orang Katolik masih diliputi perasaan takut dan ngeri, karena banyak dari orang Katolik yang menjadi tawanan di penjara. Mendengar itu Kim benar-benar ingin masuk ke Korea kembali, tetapi situasi di Korea sangat tidak memungkinkan dia untuk melewati perbatasan. Satu saat, akhirnya Kim Tae Gon bertemu dengan Uskup Ferreol di China. Ia kemudian di tahbiskan sebagai deakon pada bulan Desember 1844 di China dan kemudian ditahbiskan sebagai pastor pada tanggal 17 Agustus 1845 oleh Uskup Ferreol di Shanghai, China.Pada bulan Januari 1845, dia berhasil tiba di Seoul seorang diri, tapi ia tidak menemui ibunya yang telah menjadi miskin. Untuk mencegah bahaya ketahuan, ia kembali ke China lagi dengan 11 orang Katolik dari Korea dengan perahu kecil. Dalam perjalanan panjang di lautan, perahu yang ditumpangi Kim dan rombongannya kerap diterjang angin topan. Makanan dibuang ke laut untuk membuat perahu menjadi ringan, hingga mereka tidak mempunyai makanan sedikitpun selama 3 hari 3 malam. Kepada orang-orang di perahu yang berteriak-teriak ketakutan, Kim Tae Gon mengeluarkan gambar Bunda Maria untuk menenangkan dan memberikan mereka semangat. Dia sendiripun saat itu sakit dan takut, tetapi itu tidak ditunjukkannya.Pada 12 Oktober 1845, Kim tiba di Nabawi, daerah Iksan, daerah barat daya bersama Uskup Ferreol dan Pastor Daveluy. Perjalanan yang melelahkan selama 42 hari menyeberangi Sungai Kuning di ShangHai China, dilakukan hanya dengan perahu kecil. Sesampainya di Korea, ia bekerja sebagai pastor di beberapa tempat selama 6 bulan saja.Di saat yang bersamaan, ia mencoba untuk mengenalkan misionaris dari Perancis yang sedang menunggu di China untuk masuk ke Korea. Dia mempersiapkan peta perjalanan dan sebagainya, dan pergi ke pulau Yonpyong untuk menghubungi nelayan China yang bisa mengawal mereka dan memberitahukan mereka tentang Gereja Korea kepada misionaris dari Perancis saat di China. Kim ditangkap di pulau Sunwido dan dikirim ke Haeju dan kemudian ke Seoul. Hidup Kim TaeGon berakhir di usia 25 tahun. Hidup yang sangat singkat tapi ia dipuja-puja dimana-mana dan dicintai karena pengetahuannya yang luar biasa, keyakinannya yang sangat kuat dan kotbahnya yang menyakinkan. Pastor Kim Tae Gon dihukum mati pada tanggal 15 September 1846 atas perintah langsung raja. Ia dipenggal dan kepalanya di pertontonkan di Sae Naem To pada16 September 1846. Sebelum ia dipenggal, ia memberikan pesan singkatnya:"Saat terakhir hidup saya ada di tangan. Dengarlah saya baik-baik. Ini demi kebaikan Gereja dan Tuhan bahwa saya berhubungan dengan orang-orang asing. Sekarang saya mati menurut Kehendak Tuhan. Dan saya akan memulai kehidupan baru saya. Menjadi seorang Kristiani adalah jika kamu ingin memperoleh kehidupan yang abadi setelah kematianmu. Tuhan akan menghukum mereka yang tidak mengenal dan mencinta Dia." Para algojo kemudian melucuti pakaian Pastor Kim, menusuk telinganya dengan panah, menyiraminya dengan air dan melempari mukanya dengan bubuk gips, meletakkan tongkat diantara tangannya yang terikat kebelakang dan mengangkatnya ke bahu mereka dan mengelilinginya dengan tiga lapis tentara. Mereka memaksa Pastor Kim untuk berlutut dan menarik rambutnya melalui lubang pada tiang bendera. Ketika tali di tarik, kepala Pastor Kim terangkat. Pastor Kim mengatakan pada para algojo. "Apakah posisi kepala saya sudah tepat untuk di penggal? Jika ya, saya sudah siap, penggallah kepala saya." Segera setelah beliau selesai bicara, ke 12 algojo menari mengelilingi dia dengan pedang di tangan seakan-akan seperti sedang berperang. Satu persatu menebas leher Pastor Kim dan kepalanya jatuh ke tanah pada tebasan yang ke delapan. Kepala seorang kriminal biasanya digantung di ujung tiang dan tubuhnya dibiarkan disamping tiang selama 3 hari sesuai dengan peraturan pemerintah setempat saat itu. Tapi itu tidak dilakukan untuk jasad Kim. Tubuh Pastor Kim segera dikuburkan di tempat pemenggalan itu dan dijaga oleh para tentaraTigapuluhtiga hari kemudian, Min Sik Yi yang tinggal di dekat sana di daerah Kolbaemasil di daerah Yong-In, berhasil menggali kubur Pastor Kim pada malam hari, dengan di awasi oleh para tentara. Dia menggendong jenasah Pastor Kim ke Mirinae, desa tempat asalnya. Perjalanan yang berjarak 60 km itu memakan waktu 7 hari, karena ia hanya bisa melakukannya saat malam hari.Uskup Ferreol juga di”martyr” pada tahun 1853 dan dikubur disamping Pastor Kim sesuai dengan keinginannya. Uskup Ferreol pernah mengatakan, "Kalian tidak akan pernah tahu bagaimana sedihnya saya kehilangan pastor daerah yang muda ini. Saya mencintai dia seperti seorang ayah yang mencintai anaknya. Ini suatu penghiburan bagiku untuk memikirkan kebahagiaan abadinya."Kim Tae Gon adalah salahsatu dari 103 martir di Korea (1839-1867). Juga 10 misionaris dari Perancis (3 uskup dan 7 imam) yang dibunuh karena mempertahankan keyakinan imannya. Tahun 1984, Andreas Kim Tae Gon dinyatakan sebagai orang kudus oleh Paus Yohanes Paulus II, bertepatan peringatan 200 tahun Gereja Katolik di Korea.

(Yohannes Sugiyono Setiadi / naju-mary.org)

Tidak ada komentar: